Perjuangan Nelson Mandela Menghapus Perbedaan Hitam dan Putih

Nelson Mandela, Presiden Afrika Selatan pertama yang berkulit hitam, seorang pribadi yang kharismatik dan penuh wibawa yang masih saja anggun dan bijaksana walaupun beliau sudah dipenjara oleh lawan politiknya sampai 27 tahun. Seorang aktifis yang harus memperjuangkan persamaan hak antara warga kulit hitam dan kulit putih. Karena waktu itu sungguh terlalu kesenjangan sosial kemasyarakatan, dan pendidikan antara kedua belah pihak. Segala sesuatunya hanya boleh dikuasai oleh warga kulit putih, bahkan sampai warga kulit hitam tidak diperbolehkan untuk mengenyam pendidikan, padahal kita tahu di Afrika Selatan mayoritas penduduknya berkulit hitam. Karena hal itulah yang membuat hati kecil Nelson Mandela berontak dan harus bertekad melawan ketidak adilan tersebut. Walaupun harus mengalami penderitaan yang tidak sebentar.

Tekad Nelson Mandela untuk memperjuangkan anti Apartheid itu diawali dengan aktif di Partai Kongres Nasional Afrika (ANC), yang kemudian dianggap sebagai perbuatan makar terhadap pemerintahan rezim kulit putih. Sehingga pemerintah menjebloskan Mandela ke penjara di kepulauan Robben, Afrrika Selatan -seperti di Nusa Kambangan. Disanalah Nelson Mandela mengalami penderitaan, dan siksaan yang tidak terkira, selama kurang lebih selama 27 tahun. Karena memang rezim waktu itu menghendaki agar rakyat Afrika melupakan Nelson Mandela.
Didalam penjara Nelson Mandela mengalami penderitaan yang sangat buruk, mungkin paling buruk yang bisa dibayangkan orang. Disana dia ditempatkan di dalam sel tanpa dipan, kerja paksa di siang hari, diisolasi jika melawan, kelaparan sepanjang waktu karena ransum yang selalu minim, siksaan dan teror mental. Mandela bahkan diisolasi dari dunia luar. Dalam setahun dia hanya diperkenankan menerima satu  kunjungan, itu pun di batasi hanya selama 30 menit. Per enam bulan Mandela hanya diperbolahkan menerima dan mengirim satu surat saja. Fotonya dilarang disebarkan.

Sungguh teramat berat dan luar biasa penderitaan yang dialami oleh Nelson Mandela, tak pernah terbayangkan oleh kita seperti apa rasanya. Namun apa yang terjadi dengan Nelson Mandela di dalam penjara itu? Nelson Mandela bukannya semakin melemah dan menyerah dalam perjuanganya. Justru dia berubah menjadi semakin kuat mental dan kepribadianya. Bahkan dia berubah menjadi pribadi yang baru. Di dalam penjara Mandela  merubah dirinya dari seorang pejuang radikal yang tak sabaran dan yang suka nekat mengambil resiko menjadi pribadi yang bijak dan matang. Ia mengambil jalur transendental yang tidak lagi melihat, merasakan, dan menghayati penjara sebagaimana mestinya, namun lebih memilih menggunakan segenap hatinya, semua indra ruhaninya, untuk melakoni pengalaman penjaranya dengan penuh total, dan kesyukuran. Sel penjara yang pada umumnya menjadi sebuah ruang kematian, diubah olehnya menjadi sebuah ruang kelahiran barunya.

Tanpa ngotot dengan solusi hukum Mandela mengambil tanggung jawab total atas kondisinya dengan tidak pernah mau terpancing untuk bertindak di bawah martabat  dan harga dirinya sebagai manusia. Ia menolak untuk mengeluh, tidak pernah bersikap cengeng. Anti baginya dengan bersungut-sungut. Bahkan tak pernah ia mengemis belas kasihan dari para sipir penjara untuk mendapat perlakuan lebih baik. Sering di dalam penjara Nelson Mandela menghadapi perlakuan yang tidak manusiawi dari para sipir penjara, ia meneguhkan hatinya dengan lebih menggunakan hatinya, dengan lebih menggunakan segala kecerdasan, keramahan, serta rasa humornya. Ia lebih memilih perlawanan moral tanpa kekerasan, seperti halnya Mahatma Ghandi . Karena hal itulah yang dapat menjadikan sipir penjara yang kejam dapat tunduk pada kewibawaanya. Karena sikap dan tindakan inilah yang menjadikan aura kepribadianya bersinar terang dan memancarkan kewibawaan moral yang sangat kuat, yang cahayanya tidak sekedar menembus dinding-dinding penjara di kepulauan Robben, namun bahkan lebih jauh melampaui Afrika Selatan.
Meskipun Nelson Mandela kenyang dengan siksaan dan ketidakadilan, ia lebih menetralkan tuntutan rasa keadilanya sehingga ia dapat mengampuni kaum kulit putih sebelum seruan minta maaf datang. Karena disana Ia  lebih sering masuk kedalam ruang hatinya yang paling dasar dan bertemu dengan Khaliknya. Sehingga ia dapat merasa lebih damai dan tenteram, yang memberikan keyakinan bahwa suatu saat akan bebas. Dengan sikap dan mental seperti itulah yang menjadikan Nelson Mandela menjadi seorang pemimpin sejati yang kharismatik. Setelah dipenjara selama 27 tahun  akhirnya dia dapat menghirup udara bebas dan  dapat memimpin kaumnya untuk berdamai dengan penindas kaum kulit putih. Bahkan Mandela memilih bekerja sama dengan rezim Presiden de Klerk untuk meruntuhkan dan membongkar sistem appartheid itu sendiri. Pada tahun 1992 Nelson Mandela terpilih sebagai Presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan secara demokratis. Dunia pun menjadi tercengang. Dan pada tahun 1994 Presiden Mandela bersama de Klerk dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian  dari PBB.

TEORI VIKTOR EMIL FRANKL

Viktor Emil Frankl dilahirkan dalam keluarga Yahudi pada tanggal 26 Maret 1905 di Austria dan meninggal dunia pada tanggal 02 September 1997 di Austria. Nilai-nilai dan kepercayaan Yahudi memiliki pengaruh yang kuat terhadap Frankl. Hal tersebutlah yang membuat Frankl memiliki minat yang besar didalam persolan keagamaan, khususnya dalam konteks makna dari hidup. Viktor E. Frankl adalah Profesor dalam bidang neurologi dan psikiatri di The University of Vienna Medical School dan guru besar pada bidang logotherapy pada U.S. International University.
Viktor Emil Franklin merupakan pendiri logotherapy dan Analisis Eksistensial, "Aliran Wina Ketiga" dalam psikoterapi. Logotherapy merupakan gabungan dari kata logos yaitu meaning (makna), jadi Logotherapy merupakan terapi yang melampaui makna.

Landasan Filosofi dari Viktor Frankl: 
      1. The Freedom of Will
Yaitu kebebasan seseorang untuk bertanggung jawab. Menurut Frankl meskipun kondisi luar mempengaruhi kehidupan, namun individu bebas memilih reaksi dalam menghadapi,  merepson dan menangani kondisi-kondisi tersebut.  Manusia harus menghargai kemampuannya dalam mengambil sikap untuk mencapai kondisi yang diinginkannyaManusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh lingkungannya, namun dirinyalah yang lebih menentukan apa yang akan dilakukan terhadap berbagai kondisi itu. Dengan kata lain manusialah yang menentukan dirinya sendiri.

       2.    The Will to Meaning
Motivasi dasar manusia yang tertuju kepada hal-hal dasar di luar diri individu itu sendiri sehingga The Will to Meaning ini tidak bersifat self-centered (terpusat kepada diri sendiri).

       3.    The Meaning of Life
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang selalu berusaha untuk memaknai hidupnya. Frankl menganggap bahwa makna hidup dapat ditemukan didalam kehidupan manusia dan hal tersebut bersifat unik, spesisfik, personal, sehingga masing-masing orang mempunyai makna hidupnya yang khas dan cara penghayatan yang berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lainnya. The Meaning of Life tidak dapat kita terima dari orang lain ataupun diberikan oleh orang lain, sebab kita harus dapat menemukannya dengan diri sendiri kita.

Sumber Makna Hidup menurut Viktor Frankl:
     1.     Creative Values
Makna hidup seseoang hendaknya berasal dari berkarya, bekerja, menciptakan, dan melaksanakannya karena seorang individu memang mencintai apa yang dikerjakannya.
     2.    Experiental Values
Bagaimana seorang individu meyakini dan memahami kebenaran yang ada, nilai-nilai keyakinan, keindahan, cinta kasih, serta keimanannya.
     3.    Attitudinal Values
Bagaimana seorang individu dapat mengambil sikap dan langkah yang tepat dan pasti terhadap suatu peristiwa buruk yang menimpanya dan tidak dapat dihindarinya.


PEMBAHASAN (ANALISIS KASUS)

Nelson Mandela, seorang aktifis yang memperjuangkan persamaan hak antara warga kulit hitam dan kulit putih. Beliau adalah Presiden Afrika Selatan pertama yang berkulit hitam, seorang pribadi yang kharismatik dan penuh wibawa. Pada waktu itu, segala sesuatunya hanya boleh dikuasai oleh warga kulit putih, bahkan sampai warga kulit hitam tidak diperbolehkan untuk mengenyam pendidikan, padahal kita tahu di Afrika Selatan mayoritas penduduknya berkulit hitam. Karena hal itulah yang membuat hati kecil Nelson Mandela berontak dan harus bertekad melawan ketidakadilan tersebut. hal tersebut sesuai dengan teori Viktor Frankl, yaitu The Freedom of Will.

Ketika Nelson Mandela berada di dalam penjara, beliau bukannya semakin melemah dan menyerah dalam perjuanganya. Justru dia berubah menjadi semakin kuat mental dan kepribadianya. Bahkan dia berubah menjadi pribadi yang baru. Di dalam penjara Mandela  merubah dirinya dari seorang pejuang radikal yang tak sabaran dan yang suka nekat mengambil resiko menjadi pribadi yang bijak dan matang. Ia mengambil jalur transendental yang tidak lagi melihat, merasakan, dan menghayati penjara sebagaimana mestinya, namun lebih memilih menggunakan segenap hatinya, semua indra ruhaninya, untuk melakoni pengalaman penjaranya dengan penuh total, dan kesyukuran. Sel penjara yang pada umumnya menjadi sebuah ruang kematian, diubah olehnya menjadi sebuah ruang kelahiran barunya. Seperti yang dikatakan oleh Viktor Frankl, bahwa individu bebas memilih reaksi dalam menghadapi,  merepson dan menangani kondisi-kondisi tersebut.  Manusia harus menghargai kemampuannya dalam mengambil sikap untuk mencapai kondisi yang diinginkannyaManusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh lingkungannya, namun dirinyalah yang lebih menentukan apa yang akan dilakukan terhadap berbagai kondisi itu. Dengan kata lain manusialah yang menentukan dirinya sendiri. Sesuai dengan konsep The Will to Meaning, kita dapat lihat dalam kasus tersebut bahwa Nelson Mandela rela masuk ke dalam penjara karena tekadnya dalam memperjuangkan anti Apartheid.  Dapat dilihat bahwa The Will to Meaning ini tidak bersifat self-centered (terpusat kepada diri sendiri). Melainkan untuk masyarakatnya.

Konsep The Meaning of Life dapat kita lihat di sini, yaitu meskipun Nelson Mandela kenyang dengan siksaan dan ketidakadilan, ia lebih menetralkan tuntutan rasa keadilanya sehingga ia dapat mengampuni kaum kulit putih sebelum seruan minta maaf datang. Karena disana Ia  lebih sering masuk kedalam ruang hatinya yang paling dasar dan bertemu dengan Khaliknya. Sehingga ia dapat merasa lebih damai dan tenteram, yang memberikan keyakinan bahwa suatu saat akan bebas. Dengan sikap dan mental seperti itulah yang menjadikan Nelson Mandela menjadi seorang pemimpin sejati yang kharismatik. Dimana The Meaning of Life tidak dapat kita terima dari orang lain ataupun diberikan oleh orang lain, sebab kita harus dapat menemukannya dengan diri sendiri kita. makna hidup bersifat unik, spesisfik, personal, sehingga masing-masing orang mempunyai makna hidupnya yang khas dan cara penghayatan yang berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lainnya.

Teori Viktor Frankl mengenai 3 Sumber makna hidup yang dikaitkan dengan kasus di atas adalah sebagai berikut:
     1.     Creative Values
Makna hidup seseoang hendaknya berasal dari berkarya, bekerja, menciptakan, dan melaksanakannya karena seorang individu memang mencintai apa yang dikerjakannya. Konsep ini dapat dilihat dari Nelson Mandela yang memimpin kaumnya untuk berdamai dengan penindas kaum kulit putih. Mandela juga memilih bekerja sama dengan rezim Presiden de Klerk untuk meruntuhkan dan membongkar sistem appartheid itu sendiri. Nelson Mandela melaksanakan hal tersebut dan beliau memang mencintai apa yang dikerjakannya.
     2.    Experiental Values
Bagaimana seorang individu meyakini dan memahami kebenaran yang ada, nilai-nilai keyakinan, keindahan, cinta kasih, serta keimanannya. Konsep ini dapat kita lihat dari hal berikut, ketika di dalam penjara Nelson Mandela menghadapi perlakuan yang tidak manusiawi dari para sipir penjara, ia meneguhkan hatinya dengan lebih menggunakan hatinya, dengan lebih menggunakan segala kecerdasan, keramahan, serta rasa humornya. Ia lebih memilih perlawanan moral tanpa kekerasan, seperti halnya Mahatma Ghandi . Karena hal itulah yang dapat menjadikan sipir penjara yang kejam dapat tunduk pada kewibawaanya. Karena sikap dan tindakan inilah yang menjadikan aura kepribadianya bersinar terang dan memancarkan kewibawaan moral yang sangat kuat, yang cahayanya tidak sekedar menembus dinding-dinding penjara di kepulauan Robben, namun bahkan lebih jauh melampaui Afrika Selatan. Nelson Mandela memahami kebenaran yang ada, keimanannya dan hal lainnya.
     3.    Attitudinal Values
Bagaimana seorang individu dapat mengambil sikap dan langkah yang tepat dan pasti terhadap suatu peristiwa buruk yang menimpanya dan tidak dapat dihindarinya. Konsep ini dapat dilihat dari hal berikut, meskipun Nelson Mandela kenyang dengan siksaan dan ketidakadilan, ia lebih menetralkan tuntutan rasa keadilanya sehingga ia dapat mengampuni kaum kulit putih. Sehingga ia dapat merasa lebih damai dan tenteram, yang memberikan keyakinan bahwa suatu saat akan bebas. Nelson Mandela mengambil sikap yang tepat supaya dia dapat mendapat apa yang diinginkannya. Dia lebih memilih sikap yang sabar dan tidak emosi kepada orang yang telah menyiksanya.


http://id.wikipedia.org/wiki/Viktor_Frankl
http://internasional.metrotvnews.com/read/2013/12/06/199383/perjuangan-nelson-mandela-menghapus-perbedaan-hitam-dan-putih
http://psikosun.blogspot.com/2013/05/teori-kepribadian-victor-frankl.html




 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS